Senin, Maret 07, 2011

Ashabul Kahfi

Inilah salah satu kisah dalam Al-Qur`an. Kisah tentang keteguhan iman para pemuda shalih. Mereka berani mempertahankan keimanannya di hadapan penguasa yang zalim. Kisah ini terjadi jauh sebelum diutusnya Rasulullah.

Tersebutlah sebuah negeri bernama Afsus, terletak di wilayah Yordania sekarang. Negeri yang makmur dan kaya. Namun sayang, pemimpinnya adalah seorang raja yang zalim. Namanya Dikyanus.

Raja Dikyanus sangatlah kejam terhadap rakyatnya. Ia juga seorang musyrikin. Ia tidak menyembah Allah, melainkan menyembah berhala sebagai tuhannya.
Si raja kejam ini juga memaksa rakyatnya ikut menyembah berhala, padahal penduduk Afsus sebelumnya adalah orang-orang yang beriman. Siapa saja yang menolak perintah raja, pasti akan disiksa, dipenjara, atau dibunuh. Rakyat yang takut dengan ancaman raja, terpaksa ikut-ikutan menyembah berhala.

Namun tidak semua rakyat Afsus tunduk pada sang raja. Ada tujuh orang pemuda yang tetap teguh menjaga keimanannya. Mereka tak mau ikut menyembah berhala. Karena mereka yakin, hanya Allah yang patut disembah, dan manusia hanya boleh beribadah kepada Allah.

Raja Dikyanus marah mendengar ada rakyatnya yang menolak perintahnya. Ia pun memanggil para pemuda tersebut. Sang raja memerintahkan agar mereka meninggalkan agama tauhid dan ikut menyembah berhala. Namun para pemuda itu menolaknya.

“Tuhan kami adalah Allah, Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyembah Tuhan selain Dia. Jika kami menyembah selain Allah, kami telah menyimpang amat jauh kebenaran. Kaum ini telah menjadikan berhala sebagai tuhan-tuhan untuk di sembah. Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang durhaka terhadap Allah?” Para pemuda itu memberikan penjelasan kepada sang raja.

Sang raja tetap tak terima. Ia tetap memaksa mereka untuk menyembah berhala. Raja memberikan kesempatan beberapa hari kepada mereka untuk tunduk. Jika tidak mau, mereka akan ditangkap dan dipenjara.

Para pemuda beriman ini tak gentar ancaman raja. Mereka tetap menjada iman dan keyakinannya. Demi menjaga diri dari ancaman raja, ketujuh pemuda ini pun pergi meninggalkan negerinya. Bersama mereka, ikut pula seekor anjing.

Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah gua yang cukup besar. Karena lelah, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di gua tersebut. Mereka pun masuk ke dalam gua. Suasana gua yang sejuk membuat mata mereka mengantuk. Ketujuh pemuda itu tertidur di dalam gua.

Hingga suatu waktu, mereka terbangun dari tidurnya. Mereka merasa seperti tidur semalam saja. Karena lapar, mereka pun mengutus salah seorang untuk pergi ke kota untuk membeli makanan dan mencari kabar tentang sang raja.

Sesampai di kota, pemuda ini melihat banyak sekali perubahan. Kota yang mereka tinggalkan tidak lagi seperti sebelumnya. Tapi ia tetap berhati-hati, jangan sampai ketahuan pengawal atau tentaga raja.

Ia pun membeli makanan di sebuah kios. Ketika hendak membayar, si penjual makanan itu menolak uangnya.

“Uang ini sudah tidak laku!” kata si penjual.

“Bagaimana mungkin, ini adalah uang asli!” kata si pemuda.

“Kamu pasti menemukan harta karun. Itu adalah uang yang berasal dari 300 tahun yang lalu.” Jelas si pedagang.

Si pemuda pun kaget. Bagaimana mungkin segalanya berubah, padahal ia hanya tidur sejenak saja.

Si pemuda lalu diajak menemui raja. Sekali lagi si pemuda kaget, karena rajanya bukan lagi Raja Dikyanus, melainkan Raja Baidarus. Raja Baidarus adalah seorang raja yang beriman.

“Nabi kami, Nabi Isa alaihissalam memerintahkan penemu harta karun untuk membayar pajak.” Kata sang raja.

“Tapi ini adalah uang Raja Dikyanus!” kata si pemuda.

“Raja Dikyanus sudah meninggal 300 tahun yang lalu!” jelas sang raja.

“Kalau begitu, kami telah tertidur selama itu. Tigaratus tahun! Aku harus mengabarkan pada teman-temanku!” kata si pemuda.

Ia pun segera kembali ke gua menemui teman-temannya. Ia mengabarkan, bahwa mereka telah tertidur tigaratus tahun, Raja Dikyanus telah tiada dan digantikan oleh raja yang shalih. Awalnya mereka tak percaya, tapi setelah si pemuda menceritakan pertemuannya dengan Raja Baidarus, mereka pun menjadi yakin. Inilah pertolongan Allah, pikir mereka. Lalu mereka berdoa, “Ya Allah, selamatkanlah kami. Kembalikan kami pada keadaan semula!”

Akhirnya, Allah mewafatkan mereka sebagai hamba yang shalih. Al-Qur`an mengabadikan kisah mereka dengan sebutan Ashhabul Kahfi, yaitu para penghuni gua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar